motivasi

orang yang memiliki integritas tinggi,,,
tidak pernah putus asa dalam meraih cita,,,cita-cita,,,dan cinta,,,

Sabtu, 27 November 2010

PEMERIKSAAN KEPALA dan LEHER

Topik :
I . Pemeriksaan Kepala
A.    pemeriksaan rambut dan kulit kepala
B.    pemeriksaan tulang kepala
C.    pemeriksaan konjungtiva
II.    Pemeriksaan Leher
A.    inspeksi leher
B.    palpasi leher
C.    pemeriksaan trachea

I . PEMERIKSAAN KEPALA

A.  PEMERIKSAAN RAMBUT DAN KULIT KEPALA
1.    jelaskan pada pasien pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan
2.    Posisi pasien sebaiknya duduk, kepala tegak lurus dan diam agar seluruh rambut dapat diperiksa dengan mudah  dan rambut palsu dilepas
3.    Tanyakan pada pasien apakah rambutnya mudah rontok, adanya perubahan warna, gangguan pertumbuhan rambut, penggunaan shampo atau produk lain perawatan rambut, alat pengeriting dan menjalani kemoterapi.
4.    Lakukan inspeksi rambut : penyebaran, ketebalan, tekstur dan lubrikasi. Rambut biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak dan liat.
5.    Lakukan palpasi dengan menggunakan sarung tangan, sisihkan rambut untuk melihat karakteristik kulit kepala.
6.    Perhatikan lesi, luka , erupsi dan pustular pada kulit kepala dan folikel rambut.
7.    Perhatikan adanya kutu kepala ( yang tubuhnya kecil berwarna putih keabuan), kutu kepiting berkaki merah dan telur kutu ( seperti partikel oval ketombe ).
8.    lakukan penarikan ringan pada rambut, kerontokan rambut dapat terjadi akibat penyakit kulit kepala, gangguan fungsi tubuh seperti demam, pemberian anastesi atau menerima pengobatan kemoterapi, dll.

B.  PEMERIKSAAN TULANG KEPALA
1.  Jelaskan pada pasien pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan
2.    posisi pasien sebaiknya duduk, kepala tegak lurus dan diam
3.    Bila memakai wig atau rambut palsu harus dilepas
4.    lakukan pengamatan: ukuran, bentuk dan posisi kepala terhadap tubuh, Normal kepala tegak lurus dan digaris tengah tubuh. Tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal dibagian anterior dan oksipital dibagian posterior
5.    Lakukan palpasi kepala apakah ada nodul, tumor dengan cara merotasikan ujung jari kebawah dari garis tengah kulit kepala dengan lembut dan kemudian kesisi samping kepala.. Kulit kepala diatas tulang normalnya halus dan elastis
6.    Pada neonatus palpasi ringan fontanel anterior dan posterior, ukuran, bentuk dan tekstur.
Fontanel normal datar dan berbatas jelas. Fontanel posterior tertutup pada umur 2 bulan dan fontanel anterior tertutup pada usia 12-18 bulan. Adanya deformitas tulang kepala dapat disebabkan trauma, kepala besar (makromegali) dapat disebabkan kelebihan hormon pertumbuhan. Pada bayi kepala besar dapat disebabkan kelainan Kongenital, hidrosepalus .

C.  PEMERIKSAAN KONJUNGTIVA MATA
Posisi pasien duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau tidur telentang dengan posisi kepala lurus kedepan
Letakkan ujung ibu jari tangan kanan pemeriksa pada palpebra inferior kiri dan letakan jari- jari lainnya sedemikian rupa pada pipi kiri pasien
Tekan dan tariklah ujung ibu jari kearah inferior
Evaluasi warna konjungtiva, Normal warna konjungtiva kemerahan, bila warna kepucatan kemungkinan menderita anemia

II. PEMERIKSAAN  LEHER

A.  INSPEKSI LEHER
1.    Posisi pasien duduk menghadap pemeriksa.
2.    Inspeksi kesimetrisan otot-otot leher, keselarasan trakea, dan benjolan pada dasar leher serta vena jugular dan arteri karotid.
3.    Mintalah pasien untuk : menundukkan kepala sehingga dagu menempel ke dada, dan menegadahkan kepala kebelakang, perhatikan dengan teliti area leher dimana nodus tersebar. Bandingkan kedua sisi tersebut.
4.    menoleh  ke kiri -kanan dan kesamping sehingga telinga menyentuh bahu. Perhatikan fungsi  otot-otot sternomastoideus dan trapesius.
5.    Minta pasien menengadahkan kepala, perhatikan adanya pembesaran pada kelenjar tiroid. Selanjutnya minta pasien menelan ludah , perhatikan gerakan pada leher depan daerah kelenjar tiroid , ada tidaknya massa dan kesimetrisan.

B.  PALPASI LEHER
1.    pasien posisi duduk santai dan pemeriksa dibelakangnya
2.    pasien menundukan kepala sedikit atau mengarah kesisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-otot.
3.    palpasi lembut dengan 3 jari tangan masing-masing nodus limfe dengan gerakan memutar. Periksa masing-masing nodus limfe dengan gerakan memutar. Periksa tiap nodus dengan urutan sebagai berikut :
·    nodus oksipital pada dasar tengkorak,
·    nodus aurikel poterior diatas mastoideus,
·    nodus preaurikular tepat didepan telinga,
·    nodus tonsiliar pada sudut mandikula,
·    nodus submaksilaris, dan nodus sunmental pada garis tengah dibelakang ujung mandibula.
4.    Bandingan kedua sisi leher, Periksa ukuran, bentuk, garis luar, gerakan, konsistensi dan rasa nyeri yang timbul.
5.    Jangan gunakan tekanan berlebihan saat mempalpasi karena nodus kecil dapat terlewati.
6.    Lanjutkan palpasi nodus servikal superfisial, nodus servikal posterior, nodus servikal profunda, dan nodus supraklavikular yang terletak pada sudut yang dibentuk oleh klavikula dan otot sternomastoideus
7.    Palpasi trakea terhadap posisi tengahnya dengan menyelipkan ibujari dan jari telunjuk di masing-masing sisi pada cekungan suprasternal. Bandingkan ruang sisa antara trakea dan otot sternokleidomastoideus
8.    Untuk memeriksa kelenjar tiroid dengan posisi dari belakang. lakukan palpasi ringan dengan 2 jari dari tangan kanan kiri dibawah kartilago krikoid.
9.    Beri pasien segelas air, minta pasien menundukan dagu dan mengisap sedikit air dan menelannya, rasakan gerakan istmus tiroid.
10.    Dengan lembut gunakan dua jari untuk menggerakkan trakea kesatu sisi dan minta pasien untuk menelan lagi. Palpasi badan lobus utama dan kemudian palpasi tepi lateral dari kelenjar.
11.    Ulangi prosedur untuk lobus yang berlawanan.
12.    informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status
Pembesaran nodus limfe dapat menandakan infeksi setempat atau sistemik. Nodus yang membesar dengan cepat dan seharusnya diperiksa lebih teliti. Nodus limfe kadang-kadang tetap membesar setelah adanya infeksi tetapi biasanya tidak nyeri. Kelenjar Tiroid pada dasar terlebar berkisar 4 cm, pembesaran kelenjar tiroid mengindikasikan adanya disfungsi atau tumor kelenjar tiroid. pembesaran tiroid yang nyeri tekan menandakan infeksi. Perubahan posisi lateral trakea mungkin akibat dari suatu massa dalam leher atau mediastinum atau kelainan paru-paru.

C.   PEMERIKSAAN TRAKHEA
1.    Posisi pasien duduk tegak menghadap lurus kedepan dengan leher terbuka
2.    Posisi pemeriksa di depan pasien agak kesamping.
3.    Leher pasien sedikit fleksi sehingga otot sternokleidomastoideus relaksasi.
4.    Posisi dagu pasien harus digaris tengah.
5.    Perhatikan bagian bawah trachea sebelum masuk dalam rongga dada, bagian ini paling mudah bergerak.
6.    Pemeriksa dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang ditekankan lembut kedalam lekukan suprasternal tepat dimedial dari sendi sternoklavikularis bergantian dikedua sisi trachea
7.    Keadaan normal bila ujung jari hanya menyentuh jaringan lunak disebelah menyebelah trakhea.
8.    Bila ujung jari menyentuh tulang rawan trakhea tidak digaris median maka deviasi trakhea kearah tersebut, sedangkan sisi lain hanya menyentuh jaringan lunak.
9.    informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status

PENANGANAN NYERI

Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut
Yaitu : suatu keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang. (Carpenito, 1998: 55)

Batasan Karakteristik :
Subjektif : Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri dideskripsikan
Objektif :
· Perilaku sangat berhati-hati
· Memusatkan diri
· Fokus perhatian rendah (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari hubungan sosial, gangguan proses fikir)
· Perilaku distraksi (mengerang, menangis dll)
· Raut wajah kesakitan (wajah kuyu, meringis)
· Perubahan tonus otot
· Respon autonom (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan).
 
b. Nyeri Kronis
Yaitu : keadaan dimana seseorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
 
Batasan Karakteristik :
Mayor (Harus Terdapat)
· Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan
Minor (Mungkin Terdapat)
· Ketidaknyamanan
· Marah, frustasi, depresi karena situasi
· Raut wajah kesakitan
· Anoreksia, penurunan berat badan
· Insomnia
· Gerakan yang sangat berhati-hati
· Spasme otot
· Kemerahan, bengkak, panas
· Perubahan warna pada area terganggu
· Abnormalitas refleks.

Diagnosa Keperawatan Tambahan
· Kecemasan yang berhubungan dengan hilangnya kontrol
· Ketakutan yang berhubungan dengan nyeri
· Kelemahan yang berhubungan dengan pengobatan pada penyakit
· Perubahan Penampilan Peran yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kerusakan koping
· Perubahan Pola Sexualitas yang berhubungan dengan kesakitan dan nyeri
· Kerusakan Mobilitas Fisik yang berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
· Aktifitas Intoleran yang berhubungan dengan nyeri dan/atau depresi
· Gangguan Pola Tidur yang berhubungan dengan nyeri
· Kurang Perawatan Diri (total atau sebagian) yang berhubungan dengan nyeri
· Perubahan Pemeliharaan Kesehatan yang berhubungan dengan persaan tak berdaya.

RENCANA TINDAKAN

Tujuan dari rencana tindakan untuk mengatasi nyeri antara lain :
1. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu
2. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktifitas fisik yang diperlukan untuk penyembuhan (misal; batuk dan nafas dalam, ambulasi)
3. Mencegah timbulnya gangguan tidur

Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2. Farmakologi Intervention

Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
1. Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery
 
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
 
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :
1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgesics ointments
c. Counteriritan, seperti plester hangat.
d. Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang nyeri.

Farmakologik Agent
1. Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam (q 4h) setelah pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
 
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
 
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone).
Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.

2. Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.

Medical Interventions

1. Blok Saraf (Nerve Block)
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis
5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback

Jumat, 12 November 2010

Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernafasan Manusia

Sistem pernafasan tersusun atas saluran pernafasan dan paru-paru sebagai tempat perrtukaraan udara pernafasan. Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO2 sebagai sisa metabolisme.

Saluran udara pernafasan tersusun atas: lubang hidung, rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkeolus. Lubang hidung sampai bronchiolus disebut pars konduktoria karena fungsinya sebagai saluran udara respirasi.

Struktur maupun fungsi sistem pernafasan manusia dapat mengalami gangguan atau serangan penyakit. Antara lain:
  1. Asma, merupakan penyakit penyumbatan saluran Pernafasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu atau kotoran.
  2. TBC, penyakit paru-paru yang diakibatkan oleh serangan bakteri Mycobacterium tuberculosa. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Tuberkolosis atau TBC adalah infeksi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem saraf sentral (meningitis, sistem lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB), sistem genitourinary, tulang dan sendi.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TBC. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC". Pada 24 Maret 1882 tersebut, Robert Koch di Berlin, Jerman, mempresentasikan hasil penyebab tuberkulosa yang ditemukannya.
  1. Macam-macam peradangan pada sistem Pernafasan, seperti: bronchitis, laringitis, faringitis, pleuritis, sinusitis.
  2. Asfiksi, gangguan Pernafasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan, akibat tenggelam, pneumonia dan keracunan.
  3. Asidosis, kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah.
  4. Difteri, penyumbatan oleh lendir pada rongga faring yang dihasilkan oleh infeksi kuman difteri.
  5. Pneumonia, infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.

ANATOMI DASAR SISTEM PERNAFASAN

Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.


Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.





Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
1. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
2. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
3. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
4. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas.
6. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.



Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.


Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.

Memahami Sistem Pencernaan

Proses mengubah makanan menjadi zat yang dimanfaatkan oleh tubuh merupakan proses ilmiah yang perlu kita ketahui. Dari pemahaman inilah kita nantinya diharapkan untuk lebih merawat dan mendeteksi kemungkinan adanya kelainan fungsi pencernaan kita.

Makanan
  • Kita memerlukan makanan untuk :
    - memperoleh energi
    - pertumbuhan
    - memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak
  • Agar tubuh tetap sehat, makanan harus mengandung :
  1. Karbohidrat atau zat tepung
    - sumber energi
    - makanan pokok : beras, jagung, terigu, kentang
  2. Protein atau zat putih telur
    - bahan pembangun tubuh
    - lauk-pauk : daging, ikan, tahu, tempe, susu 
  3. Lemak
    - sumber energi & cadangan energi
    - daging, mentega, kacang-kacangan 
  4. Mineral
    - pelindung & pengatur
    - garam dapur, zat besi, pospor, yodium
  5. Vitamin
    - Tidak menghasilkan energi
    - Mutlak harus ada
    - Buah-buahan, sayuran, minyak ikan 
  6. Air
    - Pelarut dalam tubuh
    - Minuman & cairan dalam makanan
Sistem pencernaan
I.  Saluran pencernaan
II. Kelenjar pencernaan

Anatomi
I. Saluran Cerna
  1. Mulut
  2. Pangkal kerongkongan ( faring )
  3. Kerongkongan ( esofagus )
  4. Lambung ( gaster )
  5. Usus halus, terdiri atas :
    a. usus 12 jari (duodenum)
    b. usus tengah (jejenum)
    c. usus penyerapan (ileum)
  6. Usus besar, terdiri atas :
    a. usus tebal (kolon)
    b. poros usus ( rektum )
  7. Anus
II. Kelenjar Pencernaan 
  1. Kelenjar ludah
  2. Kelenjar getah lambung
  3. Kelenjar hati
Kelenjar pankreas 
Proses Pencernaan Mulut
  • Terdapat Gigi, Lidah, Kelenjar ludah
  • Gigi :
    - Pencernaan mekanik
    - Memotong dan menghaluskan makanan
  • Lidah
    - Alat pengecap makanan
    - Membantu:
    mencampur dan menempatkan makanan, menelan dan mendorong makanan ke dalam kerongkongan
  • Kelenjar ludah :
    • Cairan encer yang netral (pH 6,7)
    • Terdiri dari :
      - 99 % air
      - Garam mineral  : NaCl
      - Mucin
      - Enzym Ptialin : KH -> Maltosa 
Pangkal Kerongkongan (Faring)
  • ~ pipa (12-14 cm)
  • Letak : di belakang mulut
  • Terdapat refleks yang mencegah makanan masuk ke saluran nafas
    bagian atas kerongkongan (esofagus)
Kerongkongan
Esofagus
  • tabung (25 cm)
  • Letak : di belakang saluran nafas/Trakea
  • Makanan hanya “lewat”
  • Terdapat otot polos, fungsi :
    - Gerakan meremas dan mendorong makanan (Gerakan peristaltik)
    - Mengontrol kecepatan perjalanan makanan
Lambung
Gaster
    
  • ~ kantong, rongga perut kiri atas
  • Terdiri dari : (dari atas ke bawah)
    •  Atas ( fundus )
    • Tengah (korpus )
    • Bawah ( pilorus ) 
  • Di ujung lambung terdapat otot lingkar
    - berbatasan dengan kerongkongan
    - berbatasan dengan usus halus
Fungsi:
  • Mencerna & meneruskan makanan
  • Pada dinding lambung terdapat kelenjar yang menghasilkan getah lambung :
    a. Selaput lendir lambung
        ->Melapisi mukosa lambung
    b. Kelenjar : Enz. Pepsin & HCl, Renin
        ->Proses pencernaan protein
  • Otot Lambung : Pengosongan lambung
    ->kecepatannya mempengaruhi lama kerja obat di lambung
a. Asam klorida ( HCl )
- Mengasamkan makanan
- Membunuh bakteri yang masuk bersama makanan
- Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin
b. Pepsin :
    Mengubah protein menjadi pepton dan polipeptida
c. Renin :
    Mengendapkan protein susu ( kasein ) dari air susu
d. Lendir :
    Melindungi sel-sel di permukaan lambung terhadap kerusakan akibat kerja dari asam klorida.

Faktor Yang Mempengaruhi Keasaman Isi Lambung
  • Jumlah pengeluaran asam lambung
  • Jumlah makanan yang masuk & sifatnya
  • Pergerakan otot (motilitas) lambung
Usus Halus
Anatomi Usus HalusPermukaan dalam dinding usus halus
->tersusun dalam lipatan-lipatan/jonjot ( villi )
->memperluas permukaan untuk memperbanyak penyerapan & pengeluaran lendir

Villi Usus Halus
  • pipa berotot (> 6 m)
  • Pencernaan secara kimiawi
  • Penyerapan makanan
  • Terbagi atas:
    A. Usus 12 jari ( duodenum )
    B. Usus tengah ( jejenum )
    C. Usus penyerap ( ileum ) 
A. Usus 12 jari ( duodenum )
    bermuara 2 saluran :
     1. Saluran getah pankreas
        Getah pankreas berfungsi :
        a. Mengubah:
  • protein menjadi asam amino
  • pati menjadi gula sederhana
  • lemak menjadi asam lemak dan gliserol
        b. Menetralkan keasaman makanan
    2. Saluran empedu             
        - dihasilkan oleh sel hati
        - ditampung di kantong empedu
        - menghancurkan lemak (mengemulsi)
          
B. Usus tengah (jejenum)
    - Tempat pencernaan terakhir
    - Hasil pencernaan :
      karbohidrat:  monosakarida & disakarida
      protein: asam amino
      lemak: asam lemak & gliserol
    - Vitamin dan mineral :
      Tidak mengalami pencernaan langsung diserap
C. Usus Penyerap (Ileum)
    - Sari makanan diserap
    - Terdapat otot lingkar :
        mencegah makanan kembali ke usus penyerap 

Usus Besar
  • ~ pipa berotot, diameter > usus halus
  • Terbagi atas :
    • Usus buntu (sekum) dan Umbai cacing (appendiks)
    • Usus tebal (kolon) :
      bagian naik
      bagian datar
      bagian turun
    • Poros usus (rektum)
    • Anus
Anatomi Usus Besar
  • Air diserap kembali
  • Gerakan > lambat, >kuat
  • Peristaltik ( gerakan meremas dan mendorong makanan ) diakhiri kontraksi otot di dasar panggul
    -> efek Buang Air Besar ( defekasi )
  • Fungsi Appendiks : ?
Fisiologi usus Besar
Fungsi:
  • Menyerap air
    -> Pertukaran air : 5-6 liter/hari
  • Mengubah sisa hasil pencernaan makanan dari usus halus -> kotoran padat
  • Terdapat bakteri yang bekerja pada sisa makanan yang tidak diserap
  • Perlu sellulosa >> (sayur, buah-buahan)
    -> memadatkan sisa makanan
Organ Tambahan
  • Hati
  • Kandung Empedu
  • Pankreas
Hati
Penyakit Dan Pengobatan
Penyakit Saluran Cerna:
Gejala:
  • Nyeri
  • Muntah darah (Hematemesis) dan Berak darah (Melena)
  • Gangguan cerna
  • Kembung
  • Muntah
  • Sembelit
  • Diare Non Spesifik

Sistem Pencernaan



Sistem pencernaan terdiri atas : 
- saluran pencernaan
- kelenjar-kelenjar yang berhubungan
 
Fungsi :
a. ingesti dan digesti makanan
b. absorbsi sari makanan
c. eliminasi sisa makanan
 
Langkah-langkah proses pencernaan makanan:
1. Pencernaan di mulut dan rongga mulut: makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva
2. Disalurkan melalui faring dan esophagus
3. Pencernaan di lambung dan usus halus: dalam usus halus diubah menjadi asaam-asam amino, monosakarida, gliserida dan unsure-unsur dasarnya yang lain.
4. Absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak dicerna menjadi setengah padat (veses).
5. Veses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus.
 
Organ-organ asesori (organ tambahan):
a. Gigi
b. Lidah
c. Kelenjar ludah
d. Kelenjar-kelenjar pencernaan di luar saluran pencernaan (hati dan pancreas)
 
Struktur saluran pencernaan tiap vertebrata berbeda-beda atau disesuaikan dengan bentuk tubuh, jenis makanan, dan fungsi sistem pencernaan.
A Mulut dan Rongga Mulut
Dalam pengertian luas istilah mulut sama artinya dengan rongga mulut. Rongga mulut dimulai dari mulut dan berakhir pada faring. Letak mulut pada posisi terminal dan ventral, sedangkan batas rongga mulut berupa epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Sel-sel superfisialnya berinti dan mempunyai granula-granula keratin di bagian dalamnya. Dalam rongga mulut terdapat kelenjar-kelenjar mucus, berfungsi untuk menghasilkan mucus sebagai pembasah dan pelicin makanan. Atap mulut terdiri dari palatum keras dan lunak, diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Palatum keras adalah membran mukosa yang melekat pada jaringan tulang, sedangkan palatum lunak mempunyai pusat otot rangka dan banyak kelenjar mukosa pada lapisan submukosanya. Fungsi mulut adalah sebagai penerima makanan. Mulut beberapa hewan sebagai pengambil makanan karena terdapat rahang maksila dan mandibula. Organ-organ didalam rongga mulut antara lain: gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
B. Lidah
Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot. Pada bagian bawah lidah membran mukosanya halus.
Fungsi lidah:
- untuk mengaduk makanan yang dikunyah
- menelan makanan
- mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata
Permukaan atas lidah mengandung banyak tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propia (yang disebut papilla). Terdapat empat jenis papilla:
a. Filiformis
- terdapat di bagian posterior
- bebtuk penonjolan konis, sangat banyak diseluruh permukaan lidah
- epitel tidak mengandung putting pengecap
- epitel berambut
b. Fungiformis
- di bagian anterior dan diantara filiformis
- menyerupai jamur karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus, bagian atas melebar
- mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atas
- epitel berlapis pipih tak menanduk
c. Foliatel
- pada pangkal lidah bvagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-tonjolan padat
- bentuk: sirkumvalata
- banyak putting kecap
d. Circumfalate
- papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipih meluas di atas papillae lain, susunan seperti parit
- tersebar di daerah “V” bagian posterior lidah
- banyak kelenjar mukosa dan serosin
- banyak putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papilla
C. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah terbentuk dari jaringan epitel dan menghasilkan secret.
Ciri-ciri: - sel glandularis
- duktus interkalaris
- saluran bercolak
- menghasilakan mucus dan enzim amilase
Ada 3 pasang kelenjar ludah menurut tempatnya:
1. Glandula parotid (kelenjar bawah telinga)
- sel penyusun: sel serous
- bentuk kelenjar asiner bercabang majemuk
- bermuara dekat gigi molar atas yang kedua
2. Glandula submaksiksilaris (kelenjar bawah rahang)
- bermuara di dekat pangkal lidah
- bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk
- sel penyusun: sel serous (banyak) dan sel mukus. Sel serous, inti agak banyak dan sitoplasmanya mengandung butir-butir zimogen. Sel mukus, berinti gepeng dan terletak di bagian basal.
3. Glandula subligualis (kelenjar bawah lidah
- bermuara dekat pangkal lidah
- bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk
- sel penyusun: sel mukus
D. Gigi
Ciri-ciri:
- Tersusun dalam 2 lengkung
- Terletak pada maxilla dan mandibula
- Masing-masing gigi terdiri atas bvagian yang menonjol di atas ginggiva (atau gum) yaitu mahkota dan di bawah ginggiva yaitu akar (mempertahankan gigi dalam lekuk tulang atau alveolus). Tempat peralihan mahkota ke akar sampai leher.
- Tiap gigi mempunyai rongga sentral, rongga pulpa
- Terdiri dari bagian nonmineral: pulpa, dan 3 bagian bermineral: email, dentin, sementum.
a. Dentin
Dentin merupakan jaringan kalsifikasi yang mirip tulang, tetapi lebih keras karena mengandung banyak garam-garam kalsium. Dentin terutama terdiri atas serabut-serabut kolagen, glikosaminoglikans, dan garam-garam kalsium (80%) berat kering dalam bentuk kristal-kristal hidroksiapatit. Dentin peka terhadap banyak rangsngan seperti panas, dingin, asam, trauma dan memberi respon terhadap semua rangsang sakit. Matriks organiknya disintesis oleh sel-sel odontoblas.
b. Email
Email meripakan struktur paling keras dari tubuh dan banyak mengandung kalsium. Terdiri atas 97% garam-garam kalsium dan 3% zat organic. Berasal dari epitel ectoderm, sedangkan struktur lain gigi berasal dari mesoderm. Matriks amail disekresi oleh sel-sel (ameloblas). Email terdiri atas struktur batang yang berbentuk prisma atau toraks heksagonal, prisma email yang berikatan satu sama lain dengan zat interprismatis.
c. Pulpa
Pulpa gigi terdiri dari jaringan pnyambung jarang. Unsur-unsur utamanyaadalah serabut-serabut kolagen halus yang tersusun asimetris dan substansia dasar yang mengandung glikosaminoglikans. Pulpa merupakan jaringan yang sangat banyak mengandung persyarafan dan pembuluh darah, serta banyak terhadap fibroblast.
- Struktur-struktur pertahanan gigi dalam lekuk tulang maxilla dan mandibula terdiri atas sementum, membranaperidentalis, tulang alveolar dan ginggiva.
- Jumlah dan distribusi
a. vertebrata rendah, mempunyai jumlah gigi sangat banyak
b. pisces, mempunyai gigi pada tulang rahang, palatin, dan faring
c. Amphibia, mempunyai gigi yang melekat pada tulang vomer, rahang atas, dan tulang palatin
d. Reptilia, gigi terdapat pada tulang palatin atau di rahang atas dan rahang bawah
e. Aves dan mamalia, gigi terdapat pada rahang atas dan rahang bawah
- Derajat Permanen
a. Vertebrata, mempunyai gigi pelifiodonbi (gigi yang terus berganti)
b. Mamalia, mempunyai gigi difiodonti (gigi berganti 2 kali), yaitu gigi susu dan gigi permanent.
c. Platypus( monotremata), mempunyai gigi monofiodonti (gigi yang tak berganti).
- Cara Pelekatan
Gigi melekat pada tulang rahang dengan jaringan ikat fibrosa. Cara pelekatan gigi terdiri dari 3 cara, yaitu:
a. Akrodonti : melekat di puncak tulang rahang, misalnya terdapat pada Teleoster
b. Pleurodonti : melekat pada sisi dalam tulang rahang, misalnya terdapat pada katak, necturus, dan kadal
c. Teledonti : akar gigi tertanam dalam alveoli (sokel) tulang rahang, misalnya pada buaya, burung bergigi, mamalia dan beberapa ikan.
- Morfologi gigi, terdiri dari:
a. Homodonti : gigi yang bentuknya serupa, misalnya pada vertebrata, mamalia
b. Heterodonti: gigi yang bentuknya beda misal, mamalia yang mempunayi morfologi gigi sebagai berikut:
1. Gigi seri (insisivus)
2. gigi taring (kaninus)
3. gigi geraham depan (premolar)
4. gigi geraham belakang (molar)
a. Jumlah gigi manusia 32 buah.
2-1-2-3 ½ belahan rahang atas
2-1-2-3 ½ belahan rahang bawah
I K P M
b. Gigi kelinci
3-1-3-1
3-1-2-1
c. Kucing
2-0-3-3
1-0-2-3
- Histologi gigi
Pada mamalia tiap gigi terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Mahkota (korana) dilapisi email
b. Leher (serviks)
c. Akar (radiks)
 
Kelenjar-kelenjar Pencernaan di luar Saluran Pencernaan
a. Hati (hepar)
Hati merupakan kelenjar ynag terbesar di dalam tubuh. Fungsi hati antara lain:
- mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu,
- menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,
- mensintesis protein plasma darah,
- detoksifikasi zat-zat toksis,
- merombak eritrosit yang rusak,
- eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak
- menghasilkan suatu hormone
Hati terdiri atas beberapa belahan (lobus). Masing-masing lobus dibina oleh ratusan ribu lobulus yang berbentuk heksagonal. Tiap lobulus dilapisi oleh jaringan ikat interlobular yang disebut kapsula Glisson. Pada bagian tebgah lobulus hati terdapat vena sentralis, pita-pita sel hati yang bercabang atau berantomosis tersusun radier terhadap vena sentralis. Diantar pita-pita sel hati terdapat sinusoid-sinusoid darah yang tampak seperti celah-celah atau rongga. Pada dinding sinusoid terdapat sel kapiler yang tergolong sebagai makrofage. Sudut antara lobuli-lobuli yang bersebelahan disebut segitiga Kiernann yang berisi saluran porta, yaitu arteri, vena dan saluran empedu interlobular.
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral, berinti satu (75%) atau dua (25%). Sitoplasma mengandung banyak butir glikogen. Sel-sel inilah yang menghasilkan empedu. Untuk sementara empedu disimpan dalam kandung empedu(vesika fellea), disina empedu tersebut menjadi kental karena airnya diserap kembali aleh dinding kandung empedu. Hormon kholesistokinin mengatur pengeluaran empedu ke usus halus. Oleh ductus sistikus empedu disalurkan ke duktus kholedokhus yang bermuara di duodenum, dan di tempat tersebut terjadi pengemulsian lemak. Kandung empedu berkembang pada kebanyakan vertebrata. Ikan lamprey, kebanyakan burung, tikus dan ikan paus tidak mempunyai kandung empedu hanya mengkonsumsi sedikit lemak dalam makanannya. Manusia masih dapat hidup selama bertahun-tahun setelah kandung empedunya dibuang melalui pembedahan dengan syarat harus menghindari lemak dalam dietnya.
Pankreas
Ciri-ciri:
- Kelenjar ini hanya terdapat pada vertebrata dan semua hewan vertebrata memilikinya.
- Pada Pisces, Amphibia dan Reptilia pancreas terletak di antara lambung dan duodenum, sedangkan pada Aves dan Mammalia terletak diantara parsasenden dan desenden duodeni.
- Merupakan organ majemuk, karena menpunyai fungsi sebagai kelenjar eksokrin maupun sebagai kelenjar endokrin.
- Bagian eksokrin. Merupakan kumpulan asini pancreas. Tiap asini berlumen sempit, dengan sel-sel sekretori berbentuk pyramid. Bagian ini menghasilkan enzim protease, nuclease, amylase dan lipase,
Bagian endokrin. Merupakan pulau-pulau Langerhans, tersebar diantara kelenjar eksokrin. Bagian ini terbentuk oleh sel, sel B

Anatomi dan Fisiolgi Mulut dan Esophagus

anatomi_mulut 
 1. Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebealh luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa
Ada beberapa bagian yang perlu diketahui :

1. Palatum
a. Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris
b. Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.

2. Rongga mulut
a. Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling.
Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder
- Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi
- Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total keseluruhan 32 buah.
Juga gigi ada 2 macam yaitu,
- Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan
- Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan
b. lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian
o Radiks lingua = pangkal lidah
o Dorsum lingua = punggung lidah
o Apek lingua = ujung lidah
Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa
o Asin dibagian lateral lidah
o Manis dibagian ujung dan anterior lidah
o Asam, dibagian lateral lidah
o Pahit dibagian belakang lidah

3. Kelenjar ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar
a. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni
c. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar raongga mulut.
Fungsi saliva
a. Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
b. Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
c. Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida
d. Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva
e. Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
KENDALI SYARAF PADA SALIVA
Aliran saliva dapt dipicu oleh oleh stimulus psikis (pikiran dan makanan), mekanis atau kimiawi. Stimulus dibawa melalui syaraf eferen mekaui syaraf cranial 5,7,9,10 menuju medulla. Semua kelenjar saliva di persyarafi serabut simpati dan para simpatis Kandungan saliva Terdiri dari sekresi serosa 98% air da mengandung amylase serta ion. Juga sekresi mucus yang lebih kental dan lebih sedikit mengandung glikoprotein

2. Faring
Faring merupakan sauran yang memyiki panajng sekitar 1 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring. Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu nashoparing, oroparing, laringoparing
Nasoparhing terdapt 2 struktur yaitu saluran yang menghubungkan tuba eustachius dan tuba audithory yang menghubungkan nashoparing dengan telinga bagian tengah Oropharing yaitu bagian tengah pharing antara paratum lunak dan tulang hyoid. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif menyilang dimana oropharing merupakan bagian kedua saluran ini. Laryngoparing merupakan posisi terendah dari pharing. Pada bagian ini system respirasi menjadi terpisah dari system digestive. Makan masuk kebagian belakang eshopagus dan udara masuk ke laring. Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan didalam lengkung faring terdapat tonsil. Makanan melalui epiglottis lateral melalui resus reformis masuk ke eshofagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara. Permulaan menelan, otot mulut da lidah berkontraksi secara bersaman
anatomi_cerna
3. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung. Fungsi eshopagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung panjangnya sekitar 9-25 cm diameter 2,54 cm dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung. Esophagus berawal dari laringoraring melalui hiatus eshopagus.
Esophagus terletak dibelakang trakea depan tulang punggung menembus diafragma masuk keabdomen dan menyambung kelambung.
Lapisan terdiri dari 4 lapisan yaitu mucosa, submucosa , otot dan jaringan ikat regang. Makanan berjalan dalam esophagus dengan gerakkan peristaltic. Mucosa eshopagus memproduksi mucus untuk melumasi dan melindungi eshopagus tetapi eshopagus tidak memproduksi enzim pencernaan.
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam
2. Sub Mukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.
3. muskularis
otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara otot rangka dan otot polos.
4. lapisan bagian luar (Serosa)
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.

Bakteri Tuberculosis Paru

Tuberculosis Paru

Tuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang masih sulit terpecahkan. Tuberculosis paru masih merupakan suatu ancaman terutama pada negara-negara yang sedang berkembang. Angka kematian sejak awal abad ke-20 mulai berkurang sejak diterapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan tata cara kehidupan penderita.
Insidens penyakit tuberculosis dan mortalitas yang disebabkannya menurun drastis setelah diketemukannya kemoterapi. Tetapi, pada tahun-tahun terakhir ini penurunan itu tidak terjadi lagi bahkan insidens penyakit ini cenderung meningkat. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti sosioekonomi, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan (seperti alkoholisme, tuna wisma, naiknya infeksi HIV/AIDS), dimana peningkatan insidens lebih nyata pada kelompok minoritas dan pengungsi yang masuk ke Amerika Serikat dari negara-negara dimana tuberculosis merupakan penyakit endemik.
Pada tahun 1986, tercatat 22.786 kasus tuberculosis yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Angka ini menunjukkan insidens sebesar 9,4/100.000 penduduk Amerika serikat-suatu kenaikan sebesar 2,6% (tambahan 567 kasus) dibandingkan dengan tahun 1985. Menurut CDC, ini adalah kenaikan angka kesakitan tuberculosis paling besar sejak 1953 di Amerika Serikat (1).
Di Indonesia berdasarkan survey Departemen Kesehatan tahun 1980, penyakit ini masih tergolong 4 besar. Selain itu diketahui juga bahwa 75% penderita tuberculosis paru berasal dari golongan tenaga kerja produktif (umur 15-60 tahun) dan berasal dari golongan ekonomi lemah. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka kesakitan yang tercatat pada tahun 1976 sebesar 15,9 dari 100.000 penduduk(2).

a. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit menular pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh species Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan (3).
Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-mediated hypersensitivity)(4)
Tuberculosis Miliaris adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis, progresif lambat hingga penyakit fulminan akut;ini disebabkan oleh penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi ke dalam aliran darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi(3).

b. Etiologi
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/ ”m. Species lain yang dapat memberikan infeksi pada manusia adalah M.bovis, M.kansasi, M.intercellulare. sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap trauma kimia dan fisik(2).
Mycobacterium tuberculosa, basilus tuberkel, adalah satu diantara lebih dari 30 anggota genus Mycobacterium yang dikenal dengan baik, maupun banyak yang tidak tergolongkan. Bersama dengan kuman yang berkerabat dekat, yaitu M. bovis, kuman ini menyebabkan tuberculosis. M leprae merupakan agen penyebab penyakit lepra. M avium dan sejumlah spesies mikrobacterium lainnya lebih sedikit menyebabkan penyakit yang biasanya terdapat pada manusia. Sebagian besar micobakterium tidak patogen pada manusia, dan banyak yang mudah diisolasi dari sumber lingkungan (4). Kuman ini dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi.
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit Tuberculosis (2)
Mikrobakterium dibedakan dari lipid permukaannya, yang membuatnya tahan-asam sehingga warnanya tidak dapat dihilangkan dengan alkohol asam setelah diwarnai. Karena adanya lipid ini, panas atau detergen biasanya diperlukan untuk menyempurnakan perwarnaan primer(4).

c. Epidemiologi
Tuberculosis berlanjut sebagai penyebab kematian yang penting. Pada tahun 1991, di Amerika Serikat dilaporkan 26.283 kasus tuberculosis, dengan angka kasus 10,4 per 100.000 per tahun. Angka kasus telah menurun hingga setingkat 5-6 persen per tahun, namun sejak tahun 1985 arahnya berbalik, yaitu angka kasus menaik sampai 15,8% selama 5 tahun. Diperkirakan bahwa 10 juta orang Amerika mempunyai hasil test tuberculin yang positif, tetapi kurang dari 1% anak-anak Amerika yang menunjukan reaksi terhadap tuberculin. Penyakit tuberculosis di Amerika Utara cenderung menjadi penyakit pada orang tua, penduduk kota yang miskin, dari golongan kecil dan penderita AIDS (4). Pada segala umur, rata-rata kasus di antara orang-orang kulit hitam cenderung dua kali lebih besar dari pada orang kulit putih. Orang-orang hispanik, Haiti dan imigran Asia Tenggara mempunyai rata-rata kasus yang sama tingginya dengan individu dari negara asal mereka dan pada individu-individu ini frekuensi penyakit yang terjadi di antara individu mudanya menunjukan kejadian penyakit ini pada anak-anak muda di negara mereka.
Pada banyak tempat didunia, penyebaran penyakit tuberculosis menurun, namun pada banyak negara miskin tidaklah demikian. Pada beberapa negara, perkiraan angka kasus baru adalah sampai setinggi 400 per 100.000 per tahun.
Sebagaimana di Amerika Utara dan Eropa, kemiskinan berjalanan seiringan dengan tuberkulosis. Pada daerah yang prevalensinya tinggi, prevalensi tuberculosis tampak setara pada lingkungan pedesaan dan perkotaan dan terutama menyerang orang dewasa muda. Pada negara dengan infeksi HIV endemik, tuberculosis merupakan penyebab tunggal morbiditas dan mortalitas yang terpenting pada pasien AIDS. Perkiraan yang beralasan tentang besarnya angka tuberculosis di dunia adalah sepertiga populasi dunia terinfeksi dengan M. tuberculosis, bahwa 30 juta kasus tuberculosis aktif di dunia, dengan 10 juta kasus baru terjadi setiap tahun, dan bahwa 3 juta orang meninggal akibat tuberculosis setiap tahun (4). Tuberculosis mungkin menyebabkan 6 % dari seluruh kematian di seluruh dunia.

d. Penularan
M. tuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui jalan pernafasan. Walaupun mungkin terjadi jalur penularan lain dan kadang-kadang terbukti, tidak satupun yang penting. Basilus tuberkel disekret pernafasan membentuk nuclei droplet cairan yang dikeluarkan selama batuk, bersin, dan berbicara. Droplet keluar dari jarak dekat dari mulut, dan sesudah itu basilus yang ada tetap di udara untuk wakktu yang lama. Infeksi pada penjamu yang rentan terjadi bila terhirup sedikit basilus ini. Jumlah basilus yang dikeluarkan oleh kebanyakan orang yang terinfeksi tidak banyak; khas diperlukan kontak rumah tangga selama beberapa bulan untuk penularannya. Namun demikian, pasien dengan tuberculosis laring, penyakit endobrokhial, penyebaran tuberculosis transbronkial yang baru, dan penyakit paru berkavitas yang luas seringkali sangat menular. Infeksi berkaitan dengan jumlah kuman pada sputum yang dibatukkan, luasnya penyakit paru, dan frekuensi batuk. Micobakterium rentan terhadap penyinaran ultraviolet, dan penularan infeksi di luar rumah jarang terjadi pada siang hari. Ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang terpenting untuk mengurangi tingkat infeksi lingkungan. Serbuk tidak penting pada penularan tuberculosis. Sebagian penderita menjadi tidak infeksius dalam dua minggu setelah pemberian kemoterapi yang tepat karena penurunan jumlah kuman yang dikeluarkan dan kurangnya batuk (4).
Penularan infeksi dengan M. bovis telah lama dikaitkan dengan konsumsi susu sapi yang tercemar. Organisme ini bukan lagi penyebab penyakit pada manusia yang utama di kebanyakan daerah di dunia.

e. Patofisiologi
1. Tuberculosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari trakeo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Kuman juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru.
Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluraan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis local + limfadenitis regional = kompleks primer(2).
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi (2) :
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus atau kompleks sarang Ghon.
3. Komplikasi dan menyebar secara :
a. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
c. Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya
d. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer
2. Tuberculosis Post-primer
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post-primer). Tuberculosis post-primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah kedaerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat (2).

f. Klasifikasi Tuberculosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifikasi tuberculosis.
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti:
1. Tuberculosis primer (Childhood tuberculosis)
Tuberculosis post primer (Adult tuberculosis)
2. Tuberculosis paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent.
3. Tuberculosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus.
Moderately Advanced Tuberculosis, kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
Far Advanced Tuberculosis, terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis.
Klasifikasi diatas dititik beratkan pada bidang patologi, mikrobiologi dan radiologi (2).
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil dari klasifikasi kesehatan masyarakat (2).
1. Kategori O: tidak pernah terpapar, dan tidak terinfeksi. Riwayat kontak negatif, test tuberculin negatif.
2. Kategori I: terpapar tuberculosis, tetapi tidak terbukti terinfeksi. Riwayat kontak positif, test tuberculin negatif.
3. Kategori II: terinfeksi tuberculosis, tapi tidak sakit. Test tuberculin positif, radiologis dan sputum negatif.
4. Kategori III: terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah:
1. Tuberculosis paru
2. Bekas tuberculosis paru
3. Tuberculosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
i. Tuberculosis paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif.
ii. Tuberculosis paru tersangka tersangka yang tidak diobati. Disini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.

g. Gejala-gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41ÂșC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali. Bagitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga penderita merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulai dari kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gajala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (2).

h. Kriteria Diagnosis
Diagnosis penyakit tuberculosis didasarkan pada:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:
a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronkhi basah).
b. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
c. Secret di saluran nafas dan ronkhi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronchus.
2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu:
a. Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
c. Adanya kavitas, tunggal, atau ganda.
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
e. Adanya kalsifikasi.
f. Bayangn menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g. Bayangan milier.
4. Pemeriksaan Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang tidak dapat didiagnosis berdasarkan pameriksaan ini.
5. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
6. Tes Mantoux/Tuberkulin
7. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada1 mikroorganisme dalam specimen. Selain itu teknik PCR ini juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)
9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
10. MYCODOT (5).

i. Diagnosis
Diagnosis tuberculosis cukup mudah ditegakkan mulai dari keluhan-keluhan klinis, gejala-gejala kelainan fisis, kelainan radiologis sampai kelainan bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya tidak mudah menegakkan diagnosisnya menurut American Thoracic society diagnosis pasti tuberculosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculosis dalam sputum atau cairan paru secara biakan (2,6).
Penatalaksanaan
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis yakni (2):
1.Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
2.Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Dalam pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (2).
Jenis obat yang dipakai :
1. Obat primer
a. Isoniazid
b.Rifampisin
c. Pirazinamid
d. Streptomisin
e. Etambutol
2. Obat sekunder
a. Etionamid
b. Protionamid
c. Sikloserin
d. Kanamisin
e. P.A.S. (Para Amino Salicylic Acid)
f. Tiasetazon
g. Viomisin
h. Kapreomisin
Sebelum ditemukannya rifampisin metode terapi terhadap tuberculosis paru adalah dengan system jangka panjang (terapi standar) yaitu: INH (H) + Streptomisin (S) + PAS atau Etambutol (E) tiap hari dengan fase initial selama 1-3 bulan dan dilanjutkan dengan INH +Etambutol atau PAS selama 12-18 bulan.
Setelah diketemukannya Rifampisin maka paduan obat menjadi: INH + Rifampisin + Streptomisin atau Etambutol setiap hari (fase initial) dan diteruskan dengan INH + Rifampisin atau Etambutol (fase lanjut)
Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek, dimana diberikan INH + Rifampisin +Streptomisin atau Etambutol atau Pirazinamid (Z) setiap hari sebagai fase initial selama 1-2 bulan dilanjutkan dengan INH + Rifampisin atau Etambutol atau Streptomisin 2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan, sehingga lama pengobatan keseluruhan menjadi 6-9 bulan.
Dengan pemberian terapi jangka pendek akan didapat beberapa keuntungan seperti :
1. Waktu pengobatan lebih dipersingkat.
2. Biaya keseluruhan untuk pengobatan menjadi lebih hemat dan efisien.
3. Jumlah penderita yang membangkang menjadi berkurang.
4. Tenaga pengawas pengobatan menjadi lebih hemat dan efisien.
Oleh karena itu Departemen Kesehatan R.I. dalam rangka program pemberantasan penyakit tuberculosis paru lebih menganjurkan terapi jangka pendek dengan perpaduan obat HRE/5 H2R2 (Isoniazid + Rifampisin + Etambutol setiap hari selama satu bulan, dan dilanjutkan dengan Isoniazid + Rifampisin 2 kali seminggu selama 5 bulan)(2).
Menurut Standard Pelayanan Medik RSUP Dr. Sardjito, penanganan pasien Tuberculosis dibedakan menjadi:
1. Umum
- Diit TKTP, istirahat cukup
- Obat Anti Tuberculosis (OAT)
a. Isoniazide (H) 400 mg/hari (harus diberikan suplemen piridoksin 25-50 mg/hari)
b. Rifampisin (R) 400 mg/hari (jika berat badan <50kg), 600 mg/hari (BB>50 kg)
c. Pirazinamid (Z) 3 kali 500 mg selama 2 bulan pertama.
d. Etambutol (E) 25 mg/kg BB/hari untuk 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan 15 mg/kg untuk masa terapi selanjutnya.
e. Steptomisin injeksi 1 gram, intramuskuler, setiap hari atau 2 kali seminggu.
f. Kombinasi OAT yang lazim diberikan adalah 2 HRZ/4-6 HRE (2 bulan HRZ dilanjutkan dilanjutkan HRE setiap hari selama 4 bulan) atau 2 HRZE/4-6 H2R2E2 (kombinasi HRZE setiap hari selama 2 bulan dilanjutkan dengan HRE 2 kali seminggu selama 4-6 bulan.
- Obat batuk sebaiknya tidak diberikan, kecuali jika sangat mengganggu dapat diberikan codein sulfat 4-6 kali 10-15 mg.
2. Khusus
- Kortikosteroid (diberikan jika sangat parah dan tampak toksis, memperbaiki perasaan, nafsu makan dan menurunkan demam)
- Terapi kolaps untuk pneumothoraks
- Pembedahan jika ada kecurigaan perubahan kearah keganasan, sternosis bronkus, focus yang menjadi sumber kekambuhan, menutup empiema kronik.
3. Perawatan intensif
- Jika ada perdarahan masif, bahaya aspirasi dan resiko penyebaran kebagian lain paru, terapi anti shock.
- Pemberian obat penenang (fenobarbital 60-120 mg, subkutan).
- Codein sulfat 4-6 kali 10-15 mg untuk menekan batuk (tidak boleh morfin).
- Dapat ditambahkan pemberian vasopresin 10 ui dalam 10 ml NaCl 0,9% (normal salin) intravena pelan-pelan.
4. Lama perawatan
- Umumnya 2-3 minggu
- Lama pengobatan sebaiknya 6-8 bulan
- Perbaikan pada X-foto terlihat setelah terapi 4 minggu
- Konversi sputum setelah 2-3 bulan terapi
- Terapi teratur selama 2 minggu dapat membuat pasien tidak berbahaya terhadap masyarakat sekitarnya.
5. Lama pemulihan
- Bervariasi, umumnya 12 bulan setelah terapi (7)

j. Prognosis
  1. Jika berobat teratur sembuh total (95%).
  2. Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya sekitar 1 % yang mungkin relaps(7).
k. Komplikasi
1. Perdarahan (hemaptoe) massif, aspirasi, syok, pnemonia, abses paru.
2. Kematian akibat aspirasi
3. Sepsis (8).

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada saat ini pemeriksaan radiologi dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberculosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum, tapi dapat memberikan keuntungan yaitu pada pemeriksaan tuberculosis pada anak dan tuberculosis milier. Pada kedua hal ini diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis dada karena pemeriksaan sputum hamper selalu negative.
Lokasi lesi tuberculosis umumnya didaerah apeks paru (segmen apical lobus atas atau segmen apical lobus bawah). Akan tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau didaerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkhial).
Gambaran tuberculosis milier berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru (2). Akibat adanya penyebaran tuberculosis paru secara hematogen akan tampak sarang-sarang sekecil 1-2 mm, atau sebesar kepala jarum (milium), tersebar merata dikedua belah paru. Pada foto toraks, tuberculosis miliaris ini dapat menyerupai gambaran “badai kabut” (snow storm appearance). Penyebaran penayakit tuberculosis paru ini juga dapat terjadi ke ginjal, tulang, sendi, selaput otak (meninges), dan sebagainya (9).
Pada pemeriksaan radiologi, gambaran tuberculosis milier yang berupa bayangan-bayangan kecil itu kelihatan berbatas sangat tegas, seakan-akan tiap bintik itu dapat diangkat dengan pinset. Besarnya pada tiap kasus berlainan, tetapi pada satu kasus biasanya sama besar. Bayangan-bayangan ini sebenarnya disebabkan oleh superposisi dari banyak tuberkel, dan ini mungkin sama sekali tidak mengakibatkan suatu bayangan sebelum jumlahnya cukup banyak atau besarnya cukup luas untuk menyebabkan suatu bayangan karena superposisi. Oleh karena itu radiograf mula-mula mungkin berbentuk normal, akan tetapi akan tampak bayangan-bayangan itu didalam kira-kira 2 minggu. Sementara didalam pengobatan, bayangan-bayangn hilang jauh sebelum tuberkel-tuberkel secara patologis benar-benar menghilang, sehingga sebaiknya pengobatan tetap diteruskan walaupun pasien telah merasa enak badan dan oleh karena gambaran radiologi telah menjadi normal. Mungkin ada tanda-tanda lain dari tuberculosis paru-paru seperti suatu kavitas, atau kelenjar-kelenjar hilus mungkin membesar (10).
Gambaran radiologis dari tuberculosis miliaris adalah terlihatnya bayangan nodul-nodul halus yang tersebar di seluruh lapangan paru (11).

KESIMPULAN
Tuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang masih sulit terpecahkan. Perlu dilakukanyya suatu penanganan yang menerapkan prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan tata cara kehidupan penderita.
Tuberculosis Miliaris merupakan jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi kronis, progresif lambat hingga penyakit fulminan akut yang disebabkan oleh penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi ke dalam aliran darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi..
Pada pemeriksaan foto toraks, tuberculosis miliaris ini dapat menyerupai gambaran “badai kabut” (snow storm appearance) yang berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.